Admin

Lahan Basah Kaya Hayati

In Lingkungan on Minggu, November 23, 2008 at 12:00 am

Daratan Marind Anim di wilayah Selatan Papua dikenal dengan lahan basah. Hanya sebagian kecil daratan yang kering. Kawasan ini merupakan jalur terbang burung-burung migran dari Australia ke Merauke dan sebaliknya.

SELURUH lahan di wilayah Marind Anim Kabupaten Merauke adalah basah. Hanya sebagian kecil di wilayah Wasur seluas 413.810 hektar yang tanahnya kering, sehingga wilayah itu diabdikan menjadi Taman Nasional Wasur melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 287/Kpts-VI/1997.

Iklim yang biasa ditemukan di daratan ini adalah monsoon dengan dua musim. Yaitu musim kering pada Juni-Juli dan Desember, serta musim basah pada Januari, Juni-Juli. Kawasan ini juga termasuk dalam jalur trans-fly burung-burung migran dari Australia.

Daerah tersebut di bagian Utara dibatasi oleh Sungai Maro dan di bagian Selatan berbatasan dengan Laut Arafura, arah Barat berbatasan dengan kota Merauke serta sebelah Timur dibatasi dengan negara Papua New Guinea.

Terdapat 10 jenis formasi hutan. Yaitu hutan Dominan Melaluica, Co-Dominan Melaluica-Eucalypthus, hutan jarang, hutan pantai, hutan Monsoon, hutan Ripirian, hutan bakau, savana, padang rumput, padang rumput rawa. Vegetasinya didominasi jenis Melalucia sp, Eucalypthus sp, Acacia sp, Nauclea sp, Alstonia sp, Dilenia sp, Baringtonia sp, Banksia dentate dan lainnya.

Di Wasur juga, terdapat vegetasi lain yang unik dan bernilai ekonomis seperti anggrek, Pandanus sp, bunga bangkai (Amorphopalus sp). Di dalamnya, terdapat Jamur, Pakis (Cycas sp), Palem, Bambu (Bambosa sp), Asteromyrthus syphiocara, Kemiri (Aleurites moluccana) dan jenis-jenis tanaman obat.

Selain itu, terdapat 80 jenis binatang yang berhasil teridentifikasi, dan 34 jenis binatang diantaranya endemic Papua, seperti kangguru lapangan (Macropulus agilis), kangguru hutan (Darcopis veterum), kangguru bush (Tylogale brujini), musang hutan (Dasyurus spartatus) ladnag moncong pendek, tikus berkantung, kelelawar dan lainnya.

Ada juga teridentifikasi 403 jenis burung, sebanyak 74 jenis burung diantaranya endemic Papua dan 114 jenis burung diantaranya dilindungi serta 419 jenis burung yang terdaftar. Beberapa jenis burung diantaranya langsung diidentifakasi, seperti Garuda Irian (Aquila guirneyei) dan beberapa jenis Cenderawasih (Paradisae sp), berbagai jenis burung paruh bengkok, kasuari (Casuarius spp) serta mambruk (Goura sp) dan sebagainya.

Di kawasan Selatan Papua Kabupaten Merauke ini menjadi tempat persinggahan berbagai jenis burung migran, karena posisi wilayah itu berada tepat pada jalur Trans-Fly berbagai jenis burung dari Australia. Diperkirakan terdapat 72 spesies, teridentifikasi 39 jenis burung (32 jenis diantaranya hidup di Rawa Biru dan 7 jenis hidup di Sungai Maro, diantaranya ikan Arwana (Scleropages jardini).

Binatang Reptilian dan Amphibi juga terindetifikasi dan sebanyak 21 jenis reptilian dan tiga spesies Amphibi juga ada di kawasan ini. Di kawasan ini juga terdapat berbagai jenis serangga, diantaranya bangunan sarang rayap. Satwa endemic lainnya yang terdapat di kawasan Wasur ini adalah rusa (Cervus Timorensis) dan babi hutan (Sus Scrova). “Kekayaan yang ada di lahan basah ini sungguh mengagumkan,” kata Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Tri Siswo Raharjo.

Kawasan Wasur yang kini Taman Nasional juga memegang fungsi hidrologi sebagai paru-paru dunia dan filter terhadap angin dan menjaga kestabilan iklim. Di lokasi inilah dirayakan Hari Lahan Basah Sedunia, dengan tema “Healty Weetlands, Healty People-artinya Lahan Basah, Sejahtera Masyarakatnya.”

Sebanyak 200 murid SD YPPK Santa Maria Fatima Merauke dilibatkan dalam peringatan Hari Lahan Basah Sedunia di Taman Nasional Wasur. “Pelibatan anak-anak dalam peringatan ini penting bagi mereka untuk diajak mencintai lingkungan dan lahan basah. Apalagi di Taman Nasional Wasur ini banyak terdapat rawa, sehingga tingkat SD dan SMP diajak mengenal lingkungan Papua khususnya di Wasur. Anak harus belajar mencintai lingkungan hidup, menjaga kebersihan, melestarikan, menjaga serta menanam,” ujar Kepala SD YPPK Santa Maria Fatima Merauke, Suster Eufrasia, PRR.

Suster Eufrasia menambahkan, walaupun anak-anak akan mengerti tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup, namun orangtua menunjukan sikap dengan terus menebang hutan di rawa ini. Ekosistem harus dijaga tapi satu contoh kecil saja, mereka diajak orang-orangtua menggali pasir. Tapi anak biasanya kurang merusak, mereka menerima informasi dari kaum tua yang sudah mengerti lingkungan. “Untuk menjaga hutan rawa tetap perawan, perlu dilakukan penyuluhan dari instansi terkait, karena pelajaran di alam sangat penting. Jangan mengajarkan anak-anak ini merusak alam, karena generasi mendatang yang akan memikul kesengsaraan.”

Karena itu, Suster yang menjadi Kepala SD YPPK Santa Maria Fatima di Merauke ini mengusulkan lembaga pemerintahan yang terkait seperti dinas kehutanan, dinas pertanian, dan dinas perkebunan dalam pemanfaatan lahan basah itu harus melibatkan anak-anak sejak dini. Sebab, pemeliharaan lahan basah itu tanggung jawab bersama, termasuk orangtua dan anak-anak. Kita harus menanamkan rasa cinta lingkungan supaya jangan dirusak.”

Senada dengan Suster, Guru SMP Muhamadiyah, Syanti juga menyayangkan sikap orangtua yang tidak menjaga lingkungan hidup dengan baik. Berbicara lingkungan, berarti berbicara tentang keselamatan anak-anak kelak. Karena, lahan basah kalau tidak dilestarikan akan punah. “Dan syukur, anak-anak ini bisa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, sebab guru biasanya hanya berbicara saja, kemudian kalau anak tidak mendengarkan pasti percuma saja.”

Syanti menambahkan, kalau anak-anak sudah tahu jenis-jenis tumbuhan dan hewan, jika mereka diminta untuk mencarinya tidak bingung, tinggal anak turun ke lapangan dan menemukan jenis yang dimaksudkan. Soal ini, pihak Balai Taman Nasional harus menjelaskan bentuk dan jenisnya. Kalau tidak, perlombaan menggambar atau bentuk kegiatan lain untuk membantu kreatifitas anak tidak bermakna. “Peringatan Lahan Basah Sedunia sangat bagus, supaya anak melihat langsung secara nyata. Peringatan ini tidak mengenal batas agama, suku, warna kulit atau bangsa. Semua mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan lahan basah,” ujar Syanti.

Keterlibatan 200 anak dalam peringatan Hari Lahan Basah Sedunia penting, karena mereka masih awam tentang lahan basah. Kegiatan ini berguna untuk mensosialisasikan lingkunga sebagai penyangga kehidupan manusia. Kepala Balai Taman Nasional, Tri Siswo Raharjo mengatakan anak dan semua orang dewasa hadir agar bisa mengerti apa itu lahan basah dan fungsi dari ekosistem. Wasur adalah tempat kedua dunia.
Sudah tiga negara yang sepakat dan menetapkan Wasur sebagai ecoregion, yaitu Australia, Papua New Guinea dan Indonesia. Berdasarkan itu, sejak 2007 lalu, pemerintah Kabupaten Merauke telah menetapkan setiap hari besar apapun melakukan Gerakan Menanam. Tahun 2008 ini, melibatkan siswa SD dan SMP dalam lomba menggambar dan melukis.

Tidak hanya siswa SD dan SMP yang ikut terlibat, tapi juga mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Merauke juga ikut ambil bagian dalam perlombaan itu. Mahasiswa membuat lomba karya tulis. Dari 104 peserta itu, sebanyak 55 murid SD ikut lomba mewarnai, 34 siswa SMP ikut lomba melukis dan sebanyak 15 mahasiswa ikut lomba menulis. Semuanya bertemakan Lahan Basah. Tujuannya agar anak-anak mencintai Lahan Basah,” kata Tri Siswo Raharjo.

Direktur Koservasi Kawasan, Nur Hidayat, mengatakan seharusnya peringatan Hari Lahan Basah itu dirayalan setiap tanggal 2 Feberuari. Tapi ditunda hingga dirayakan bersama Hari Konvensi Ramsar. Ramsar adalah sebuah kota di Iraq, Timur Tengah. Saat itu, ada kerjasama antarnegara pada 2 Februari 1971. Indonesia ikut menandatangani perjanjian itu. Setelah dirativikasi keluarlah Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1991.

Isi Konvensi Ramsar yang tertuang dalam Keputusan Presiden adalah Indonesia turut berperan. Ada tiga Taman Nasional di Indonesia: Riau, Kalimatan Barat dan Papua, yaitu Taman Nasional Wasur. Lahan Basah menurut Persetujuan Ramsar adalah ada rawa, air payau dan perairan. Tempat-tempat tersebut ada air tergenang atau mengalir atau air asin wilayah perairan laut, dengan kedalaman berkisar tidak lebih dari enam meter saat air surut.

Taman Nasional Wasur memiliki Danau Tadah Hujan, yaitu Rawa Biru, sebagai tempat bergantung ribuan habitat air, tumbuhan dan masyarakat sebagai penyangga kehidupan. Wasur termasuk lahan basah yang sangat berharga. Lahan Basah penting untuk air minum bagi aneka jenis burung, tumbuhan dan manusia. Kalau hilang, penghuni kawasan ini akan sengsara.

Wakil Bupati Merauke, Waryoto mengatakan, produktivitas air dan ekosistem dalam Lahan Basah akan terganggu jika tercemar. Sebagian besar penduduk Indonesia berada di pesisir pantai. Dan 38 juta hektar Lahan Basah di Indonesia, memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi. Karena itu, Taman Nasional Wasur ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Manfaat langsung keberadaan lahan basah dapat dilihat dari pesisir pantai. Akibat penggalian pasir pantai, intrusi air laut dapat merusak ekosistem Rawa Biru dan akan mengancam warga Merauke, dan kedepan orang Merauke akan kesulitan air.

Paskalis Keagop, Agapitu Batbual

Tinggalkan komentar